Kisah Bripda Taufik Yang Tinggal Di Kandang Sapi
Bangunan tempat tinggal Taufik bersama saudara dan ayahnya yang sudah bercerai sejak 2 tahun lalu ini pun merupakan bekas kandang sapi. Alih-alih pintu, hanya selembar gorden lusuh sebagai penutup rumah Taufik ini. Di dalam bangunan itu ada dua buah ranjang dengan kasur lusuh dan sebuah lemari kayu keropos. Taufik pun lebih memilih tidur di kantor Polda agar sang ayah yang biasanya tidur di mobil bak pasir bisa tidur di dalamnya.
Sebelum jadi polisi seperti saat ini, Bripda Taufik sudah berjuang dalam berbagai profesi untuk bertahan hidup. Dia pernah jadi penambang pasir di sungai Boyong sampai jadi penjaga perpustakaan di SMK 1 Sayegan di mana dirinya juga sekolah. Usai lulus SMK di tahun 2013, dua pekerjaan itulah yang dilakukan Taufik selain juga menjadi pembantu pembina pramuka SMK 1 Sayegan.
Bayaran yang didapatkan Taufik pun sekitar Rp 500 ribu – Rp 700 ribuan yang digunakan untuk membantu sang ayah. Di sela bekerja, Taufik tetap belajar demi mengikuti tes psikotes masuk polisi selain melatih fisiknya. Hebatnya lagi, Taufik juga menjalankan puasa Senin-Kamis secara teratur. Hasilnya, Taufik sukses ujian polisi dan lulus pada 29 Desember 2014. Kini dirinya bertugas di satuan Sabhara Polda DI Yogyakarta. Sungguh, usaha keras itu tak pernah berbohong kan?
Menyelusuri jalan raya yang masih sepi dan gelap dengan kondisi perut kosong bukanlah hal yang asing bagi Taufik. Semenjak tes jadi polisi dan masih menempuh pendidikan kepolisian, Taufik harus berlari sekitar satu jam lamanya. Menurut Taufik, di rumahnya hanya ada satu buah moor yang sudah digunakan bekerja oleh ayahnya. Karena berlari, Taufik pun sering terlambat datang dan menerima hukuman dari seniornya.
Karena baru beberapa hari bertugas di Sabhara Polda DIY, Taufik pun tengah menanti gaji pertamanya di bulan Februari nanti. Menurut rencana, Taufik akan mengontrak rumah sederhana yang layak huni untuk ayah dan ketiga adiknya nanti. Doa tulus pun dirangkai Taufik, “Saya ingin punya rumah besar. Doakan saja saya biar tetap sehat, cepat naik pangkat, kalau bisa jadi perwira.”
Petugas SPN itu pun mengikuti Taufik dan menemukan fakta bahwa polisi muda ini tinggal di sebuah bangunan bekas kandang sapi yang membuatnya terhenyak. Tak heran kalau Yulza akhirnya menjadikan Taufik sebagai icon perjuangan Sabhara Polda Yogyakarta di mana anggota lain harus mencontoh sosok Taufik yang tak pernah mengeluh kendati kondisi hidupnya benar-benar berat.
Uniknya, Taufik justru bingung dengan hadiah Ahok itu. Di mana kala Ahok meneleponnya, Taufik malah merasa bingung atas pemberiannya. Semua itu terjadi karena Taufik rupanya tak mengenal sosok Ahok karena hampir dua tahun ini, dia menjalani hidup tanpa TV. Sungguh, Bripda Taufik. Semoga setelah ini kehidupanmu segera berubah lebih baik dan tetaplah rendah hati dan jujur sebagai polisi apapun jabatanmu nanti.